Terbentang jelas tentang kisah kita, arungi masa yang tak lagi bisa kembali di ikat, kekurang percayaan yang kita miliki, menjadikan bumerang kelam reggangkan genggaman tangan kita yang saling terkait, lewati detik dengan menyunggingkan senyum yang kerap terpatri
Pada alinea bait-bait goresan di lembaran putih halaman kosong pada ponselku, ku edarkan rintihan kekata yang meruntuhkan deru gelombang imaji, tenggelamkan sejuta inspirasi yang kerap setia mencumbui, merayuku untuk melahirkan bait ungkapan yang tiada pernah terpikirkan
Setapak demi setapak tanpa bosan, kuhitung perjalanan hari dalam gelisah, dengan langkah gontai kubuka tirai kisah buram yang menjadikan hariku meraih kelam, ritme irama kecapi perenungan yang kumainkan, bangkitkan sesal yang menyeruak dalam kesadaran
Kukuliti hari-hariku dengan kesendirian, goresan noda hitam yang aku ciptakan, nyata telah mencoreng kisah indah yang terbina, membuat hariku makin bergelut mesra dengan sepi, melenggang dengan cercaan yang mengutuk diri tanpa pembatas di antara rasa dan jiwa
Tercurah kata
Terselip makna
Terurai rasa
Pada alinea bait-bait goresan di lembaran putih halaman kosong pada ponselku, ku edarkan rintihan kekata yang meruntuhkan deru gelombang imaji, tenggelamkan sejuta inspirasi yang kerap setia mencumbui, merayuku untuk melahirkan bait ungkapan yang tiada pernah terpikirkan
Setapak demi setapak tanpa bosan, kuhitung perjalanan hari dalam gelisah, dengan langkah gontai kubuka tirai kisah buram yang menjadikan hariku meraih kelam, ritme irama kecapi perenungan yang kumainkan, bangkitkan sesal yang menyeruak dalam kesadaran
Kukuliti hari-hariku dengan kesendirian, goresan noda hitam yang aku ciptakan, nyata telah mencoreng kisah indah yang terbina, membuat hariku makin bergelut mesra dengan sepi, melenggang dengan cercaan yang mengutuk diri tanpa pembatas di antara rasa dan jiwa
Tercurah kata
Terselip makna
Terurai rasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar